TUGAS MANDIRI 1
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
PENGERTIAN
PENGETAHUAN LINGKUNGAN, MASALAH GLOBAL DAN MASALAH LOKAL
NAMA : Ekaputri kasenda
NIM :
11 313 698
JURUSAN : PENDIDIKAN FISIKA
KELAS : A
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2012
PENGERTIAN
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Lingkungan
hidup biasa juga disebut dengan lingkungan hidup manusia (human environment)
atau dalam sehari-hari juga cukup disebut dengan "lingkungan" saja.
Unsur-unsur lingkungan hidup itu sendiri biasa nya terdiri dari: manusia,
hewan, tumbuhan, dll. Lingkungan
hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata
lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Istilah
lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam
bahasa Belanda disebut dengan Millieu, sedangkan dalam
bahasa Perancis disebut dengan I'environment.
Berikut ini adalah
pengertian dan definisi lingkungan hidup menurut para ahli:
·
PROF DR. IR. OTTO SOEMARWOTO
Lingkungan
hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita
tempati yang mempengaruhi kehidupan kita
·
S.J MCNAUGHTON & LARRY L. WOLF
Lingkungan
hidup adalah semua faktor ekstrenal yang bersifat biologis dan fisika yang
langsung mempengarui kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi
organisme
·
MICHAEL ALLABY
Lingkungan
hidup diartikan sebagai: the physical, chemical and biotic condition
surrounding and organism.
·
PROF. DR. ST. MUNADJAT DANUSAPUTRO, SH
Lingkungan
hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah
perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi
hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
·
SRI HAYATI
Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahluk hidup.
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya
·
JONNY
PURBA
Lingkungan
hidup adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya bermacam-macam
interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan
nilai
MASALAH
GLOBAL
KEMISKINAN
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai
cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,
karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi
pada bidang ekonomi.
·
Gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai
cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,
karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi
pada bidang ekonomi.
·
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Meskipun
kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini
menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan
daerah pinggiran kota dan ghetto
yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat
miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara
kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini
biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Kemiskinan dipelajari
oleh banyak ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan
Budaya :
·
Dalam politik, perlawanan terhadap kemiskinan
biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya
mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan
ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus
dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara
dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dll.
Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan
politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap
kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab
utama kejahatan.
·
Dalam hukum,
telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan
untuk menghilangkan kemiskinan.
·
Dalam pendidikan, kemiskinan memengaruhi kemampuan
murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama
murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar
mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan
kurangnya kandungan gizi makan mereka membayangi kemampuan murid-murid ini
untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk
menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin
bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke
kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
Perdebatan
yang berhubungan dalam keadaan capital
manusia dan capital
individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital
instructional dan capital
social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam
sistem formal.
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
·
penyebab individual, atau patologis,
yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan
dari si miskin;
·
penyebab keluarga, yang menghubungkan
kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
·
penyebab sub-budaya (subcultural),
yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar;
·
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan
sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
·
penyebab struktural, yang memberikan
alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun
diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di
dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja
miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun
masih gagal melewati atas
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
·
Bantuan kemiskinan, atau membantu secara
langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari
masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
·
Bantuan terhadap keadaan individu.
Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin
berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian
kerja, dan lain-lain.
Persiapan
bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara
sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan
sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan
ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
MASALAH LOKAL
Melibatkan Masyarakat dalam
Penanggulangan Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut
A.
Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut
Dewasa ini sumberdaya alam dan lingkungan telah menjadi
barang langka akibat tingkat ekstraksi yang berlebihan over-exploitation
dan kurang memperhatikan aspek keberlanjutan. Kendati ia secara ekonomi dapat
meningkatkan nilai jual, namun di sisi lain juga bias menimbulkan ancaman
kerugian ekologi yang jauh lebih besar, seperti hilangnya lahan, langkanya air
bersih, banjir, longsor, dan sebagainya.
Kegagalan pengelolaan SDA dan lingkungan hidup ditengarai
akibat adanya tiga kegagalan dasar dari komponen perangkat dan pelaku
pengelolaan. Pertama akibat adanya kegagalan kebijakan lag of policysebagai
bagian dari kegagalan perangkat hukum yang tidak dapat menginternalisasi
permasalahan lingkungan yang ada. Kegagalan kebijakan lag of policy
terindikasi terjadi akibat adanya kesalahan justifikasi para policy maker
dalam menentukan kebijakan dengan ragam pasal-pasal yang berkaitan erat dengan
keberadaan SDA dan lingkungan. Artinya bahwa, kebijakan tersebut membuat
‘blunder’ sehingga lingkungan hanya menjadi variabel minor. Padahal, dunia
internasional saat ini selalu mengaitkan segenap aktivitas ekonomi dengan isu
lingkungan hidup, seperti green product, sanitary safety, dan
sebagainya. Selain itu, proses penciptaan dan penentuan kebijakan yang
berkenaan dengan lingkungan ini dilakukan dengan minim sekali melibatkan
partisipasi masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai komponen utama sasaran
yang harus dilindungi. Contoh menarik adalah kebijakan penambangan pasir laut.
Di satu sisi, kebijakan tersebut dibuat untuk membantu menciptakan peluang
investasi terlebih pasarnya sudah jelas. Namun di sisi lain telah menimbulkan
dampak yang cukup signifikan dan sangat dirasakan langsung oleh nelayan dan
pembudidaya ikan di sekitar kegiatan. Bahkan secara tidak langsung dapat
dirasakan oleh masyarakat di daerah lain. Misalnya terjadi gerusan/abrasi
pantai, karena karakteristik wilayah pesisir yang bersifat dinamis.
Kedua
adanya kegagalan masyarakat lag of community sebagai bagian dari
kegagalan pelaku pengelolaan lokal akibat adanya beberapa persoalan mendasar
yang menjadi keterbatasan masyarakat. Kegagalan masyarakat lag of community
terjadi akibat kurangnya kemampuan masyarakat untuk dapat menyelesaikan
persoalan lingkungan secara sepihak, disamping kurangnya kapasitas dan
kapabilitas masyarakat untuk memberikan pressure kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan berkewajiban mengelola dan melindungi lingkungan.
Ketidakberdayaan masyarakat tersebut semakin memperburuk "bargaining
position" masyarakat sebagai pengelola lokal dan pemanfaat SDA dan
lingkungan. Misalnya saja, kegagalan masyarakat melakukan penanggulangan
masalah pencemaran yang diakibatkan oleh kurang perdulinya publik swasta untuk
melakukan internalisasi eksternalitas dari kegiatan usahanya. Contoh kongkrit
adalah banyaknya pabrik-pabrik yang membuang limbah yang tidak diinternalisasi
ke
DAS yang pasti akan terbuang ke laut atau kebocoran pipa
pembuangan residu dari proses ekstrasi minyak yang tersembunyi, dan sebagainya.
Ketiga adanya kegagalan pemerintah (lag of government)
sebagai bagian kegagalan pelaku pengelolaan regional yang diakibatkan oleh
kurangnya perhatian pemerintah
dalam menanggapi persoalan lingkungan. Kegagalan pemerintah (lag of
government) terjadi akibat kurangnya kepedulian pemerintah untuk mencari
alternatif pemecahan persoalan lingkungan yang dihadapi secara menyeluruh
dengan melibatkan segenap komponen terkait (stakeholders). Dalam hal ini,
seringkali pemerintah melakukan penanggulangan permasalahan lingkungan yang ada
secara parsial dan kurang terkoordinasi. Dampaknya, proses penciptaan co-existence
antar variabel lingkungan yang menuju keharmonisan dan keberlanjutan antar
variabel menjadi terabaikan. Misalnya saja, solusi pembuatan tanggul-tanggul
penahan abrasi yang dilakukan di beberapa daerah Pantai Utara (Pantura) Jawa,
secara jangka pendek mungkin dapat menanggulangi permasalahan yang ada, namun
secara jangka panjang persoalan lain yang mungkin sama atau juga mungkin lebih
besar akan terjadi di daerah lain karena karakteristik wilayah pesisir dan laut
yang bersifat dinamis.
B. Penanggulangan
Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut Berbasis Masyarakat
Penanggulangan
kerusakan lingkungan pesisir dan laut perlu dilakukan secara hati-hati agar
tujuan dari upaya dapat dicapai. Mengingat bahwa subjek dan objek
penanggulangan ini terkait erat dengan keberadaan masyarakat pesisir, dimana
mereka juga mempunyai ketergantungan yang cukup tinggi terhadap ketersediaan
sumberdaya di sekitar, seperti ikan, udang, kepiting, kayu mangrove, dan
sebagainya, maka penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut yang
berbasis masyarakat menjadi pilihan yang bijaksana untuk diimplementasikan.
Penanggulangan
kerusakan lingkungan pesisir dan laut berbasis masyarakat diharapkan mampu
menjawab persoalan yang terjadi di suatu wilayah berdasarkan karakteristik
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di wilayah tersebut. Dalam hal ini,
suatu komunitas mempunyai hak untuk dilibatkan atau bahkan mempunyai kewenangan
secara langsung untuk membuat sebuah perencanaan pengelolaan wilayahnya
disesuaikan dengan kapasitas dan daya dukung wilayah terhadap ragam aktivitas
masyarakat di sekitarnya.
Pola
perencanaan pengelolaan seperti ini sering dikenal dengan sebutan participatory
management planning, dimana pola pendekatan perencanaan dari bawah yang
disinkronkan dengan pola pendekatan perencanaan dari atas menjadi sinergi
diimplementasikan. Dalam hal ini prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat
menjadi hal krusial yang harus dijadikan dasar implementasi sebuah pengelolaan
berbasis masyarakat.
Tujuan
umum penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut berbasis masyarakat
dalam hal ini meminjam definisi COREMAP-LIPI (1997) yang menyebutkan tujuan
umum pengelolaan berbasis masyarakat, COREMAP dalam hal ini mengambil ekosistem
terumbu karang sebagai objek pengelolaan. Oleh karena itu, tujuan
penanggulangan kerusakan pesisir dan laut berbasis masyarakat dalam hal ini
adalah memberdayakan masyarakat agar dapat berperanserta secara aktif dan
terlibat langsung dalam upaya penanggulangan kerusakan lingkungan lokal untuk
menjamin dan menjaga kelestarian pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan,
sehingga diharapkan pula dapat menjamin adanya pembangunan yang
berkesinambungan di wilayah bersangkutan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar